PENGERTIAN METODOLOGI STUDI ISLAM
A.
Pengertian
Menurut bahasa (etimologi), berasal dari bahasa yunani, yaitu meta
(sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang
cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu.
Sementara menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang
memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam
penyeledikan keilmuan.
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan. Sedangkan Departemen Sosial RI, metode adalah cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan agar tercapai hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
Ketika metode digabungkan dengan kata logos praktis maknanya
langsung berubah. Logos berarti “studi tentang” atau “teori tentang”. Oleh
karena itu metodologi tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah diterima
tetapi berupa kajian tentang metode.
Sementara kata “metodologi” berasal dari bahasa Yunani yakni metodhos
dan logos, metodhos berarti cara, kiat dan seluk-beluk yang
berkaitan dengan upaya menyelesaikan sesuatu, sementara logos berarti ilmu
pengetahuan, cakrawala dan wawasan.
B.
Ruang Lingkup Studi Islam
Studi Islam merupakan suatu disiplin ilmu yang ruang lingkup studi
keislaman dalam tradisi sarjana barat meliputi pembahasan tentang ajaran,
pemikiran, teks, sejarah dan institusi keIslaman.
Studi Islam sekarang cenderung berkembang berbagai wilayah, tidak
saja dikalangan dunia Islam, namun juga dikalangan sarjana non muslim. Menurut
sarjana barat, studi Islam adalah tradisi barat dalam mengkaji dan meneliti
Islam, sehingga menghasilkan pemikiran dan pemahaman tentang Islam.
Sejalan dengan majunya perkembangan ilmu, berkembang pula
pendekatan yang digunakan dikalangan para sarjana terhadap Islam. Perkembangan
ini berdampak pada miskin luasnya ruang lingkungan studi Islam dilihat dari
berbagai disiplin ilmu, seperti munculnya antropologi, sosiologi, psikologi,
dan ilmu sosial lainnya menambah khazanah studi Islam. Disamping itu, studi
Islam tidak lagi terpokus pada wilayah Timur Tengah, melainkan berkembang
merambah pada wilayah Asia Tenggara. MSI (Metodologi Studi Islam) adalah
sebagai pengantar umum tentang khazanah ilmu-ilmu pengetahuan dasar ke-Islaman.
C.
Kedudukan Metodologi Studi Islam Diantara Keilmuan Lain
Metodologi Studi Islam (MSI) atau Dirasah Islamiyah (DI),
sepintas lalu merupakan disiplin ilmu baru dalam kurikulum Nasional Program
Strata Satu (S1) pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) sepertipada Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) di seluruh Indonesia. Padahal, jika ditelusuri dalam
topik bahasan intinya (materi) tidak lain adalah “akumulasi” darikajian-kajian
substansi keIslamanyang sebelumnya materi intinya bersifat dasar (Islamic
basic knowledge).
Kedudukan studi Islam sangatlah penting peranannya dari semua
disiplin ilmu lain yang menyangkut tentang aspek Islam, karena studi Islam
merupakan disiplin ilmu yang merupakan dasar seseorang dalam beragama. Seiring
berkembangnya zaman, mempelajari metodologi studi Islam diharapkan dapat
mengarahkan kita untuk mengadakan usaha-usaha pembaruan dalam pemikiran
ajaran-ajaran Islam yang merupakan warisan doktriner yang dianggap sudah mapan
dan sudah berhenti serta ketinggalan zaman tersebut, agar mampu beradaptasi
serta menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan modernisasi dunia dengan
tetap berpegang terhadap sumber agama Islam yang asli, yaitu al-Qur’an dan
al-sunnah.
D.
Islam Sebagai Objek Kajian
Adalah suatu yang tidak harus dipertentangkan lagi menjadikan Islam
sebagi objek studi dengan pendekatan-pendekatan ilmiah. Karena dalam sudut
pandang ilmu pengetahuan, Islam adalah sesuatu yang harus dipelajari, diketahui
dan dipahami, sama halnya dengan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan lainnya.
Islam berbentuk nilai-nilai, jika pemikiran (akal pikiran)
dilibatkan dalam proses memahami dan mengaktualisasikannya dalam sejarah.
Pemikiran Islam terpotret bagaimana pemikiran peminat studi Islam memberi andil
kreatif dan signifikan terhadap bangunan
pemahaman ajaran Islam dalam berbagai dimensinya.
E.
Islam Normatif dan Historis
Islam normatif merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan
yang berkaitan dengan akidah dan muamalah. Islam historis merupakan unsur
kebudayaan yang dihasilkan oleh setiap pemikiran manusia dalam interpretasi
atau pemahamannya terhadap teks, maka Islam pada tahap ini terpengaruh bahkan
menjadi sebuah kebudayaan.
Dari penjelasan di atas, jika dikerucutkan lagi dalam dua
klasifikasi awal yaitu normatif dan historis, tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Semuanya ada koherensi untuk mencapai pemahaman dari hakikat Islam.
PENGANTAR STUDI ISLAM
A.
Studi Islam Sebagi Disiplin Ilmu
Munculnya istilah “Studi Islam”, yang di dunia Barat dikenal dengan
istilah Islamic Studies, dalam dunia Islam dikenal dengan Dirasah
Islamiyah, sesungguhnya telah didahului oleh adanya perhatian besar
terhadap disiplin ilmu agama yang terjadi pada abad ke sembilan belas didunia
Barat.
Walaupun secara realitas studi ilmu agama keberadaannya tidak
terbantahkan, tetapi dikalangan para ahli masih terdapat perbedaan di sekitar
permasalahan apakah ia dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan,
mengingat sifat dan karateristik antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda.
B.
Pertumbuhan dan Obyek Studi Islam
Studi Islam, pada masa-masa awal, terutama masa Nabi dan sahabat,
dikemukakan di Masjid. Sebelumnya, ketika dakwah masih dilakukan secara
diam-diam, Nabi Muhammad mengajarkan agama Islam di kediaman al-Arqam bin Abi
al-Arqam. Selain itu, beliau juga mengirimkan utusan-utusan duta dakwah untuk
menyebarkan agama Islam di berbagai wilayah.
Pusat- pusat studi Islam sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad
Amin, sejarawan Islam kontemporer, berada di Hijaz berpusat di Makah dan
Madinah, studi Islam sekarang berkembang hampir seluruh negara di dunia, baik
Islam maupun yang bukan Islam.
C.
Sejarah Metode dan Pendekatan Studi Islam
Jika disepakati bahwa Studi Islam menjadi disiplin ilmu tersendiri.
Maka terlebih dahulu harus di bedakan antara kenyataan, pengetahuan, dan
ilmu. Setidaknya ada dua kenyataan yang dijumpai dalam hidup ini.
Pertama, kenyataan yang disepakati, yaitu segala sesuatu yang dianggap nyata
karena kita bersepakat menetapkannya sebagai kenyataan, kenyataan yang dialami
orang yang lain dan kita akui sebagai kenyataan. Ke dua, kenyataan yang
didasarkan atas pengalaman kita sendiri.
Bagaimanapun beragamnya pengetahuan, tetapi ada satu hal yang mesti
diingat, bahwa setiap tipe pengetahuan mengajukan tuntutan agar orang membangun
apa yang diketahui menjadi sesuatu yang sahih (valid) atau benar
(true). Kesahihan pengetahuan banyak bergantung pada sumbernya.
PENELITIAN AGAMA
A.
Pengertian Penelitian Agama
Penelitian atau riset berasal dari bahasa inggris research yang
artinya adalah proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan,
memodifikasi atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok penyeledikan.
Penelitian adalah upaya sistematis dan obyektif untuk mempelajari
suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Pada dasarnya riset atau
penelitian adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Secara
umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan penelitian agama adalah mencari, menelaah, meneliti serta
menemukan jawaban atas permasalahan dan pertanyaan seputar keyakinan manusia
kepada sebuah kekuatan tersebut diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan
pengabdian serta sesuatu yang dianggap sakral atau suci
B.
Agama Sebagai Obyek Penelitian
Agama sebagai obyek penelitian sudah lama diperdebatkan. Harun
Nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, karena merupakan
wahyu, tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu sosial, dan kalaupun dapat
dilakukan, harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode ilmu
sosial.
Para ilmuan beranggapan bahwa, agama juga merupakan objek kajian
dan penelitian, karena agama merupakan bagian dari bagian kehidupan sosial
kultural. Jadi, penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti
wahyu, melainkan meneliti manusia menghayati, meyakini, dan memperoleh pengaruh
dari agama.
C.
Penelitian Keagamaan
M. Atho Mudzhar menginformasikan bahwa sampai sekarang, istilah
penelitian agama dengan penelitian keagamaan belum diberi batas yang tegas.
Penggunaan istilah yang pertama (penelitian agama) sering juga dimaksudkan
mencakup pengertian istilah yang kedua (penelitian keagamaan), dan begitu
sebaliknya.
M. Atho Mudzhar mengatakan bahwa perbedaan antara penelitian agama
dan penelitian keagamaan perlu disadari karena perbedaan tersebut membedakan
jenis metode penelitian yang diperlukan. Untuk penelitian agama yang sasarannya
adalah agama sebagai doktrin, pintu bagi
pengembangan suatu metodologi penelitian tersendiri adalah terbuka, bahkan
sudah ada yang merintisnya.
Sementara penelitian keagamaan adalah penelitian tentang
praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan
kolektif.
D.
Konstruksi Penelitian Keagamaan
Berdasarkan induksi dengan membanding-bandingkan agama, maka agama
mempunyai bentuk-bentuk tertentu. Dalam penyelidikan ternyata ada perbedaan
yang tidak kecil, meskipun ada pula kesamaan yang bersifat analogi ataupun
kemiripan. Dalam hal ini, ada 3 macam istilah dalam mendekati agama, yaitu:
1.
Unsur-
unsur atau aspek-aspek yang sama
2.
Orde
3.
Tiap-
tiap agama dan keyakinan tentang keterokan- keterokan atau kegagalan, ada
kekurangan dan ketidak sempurnaan.
MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA (BAGIAN 1)
AGAMA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DOKTRIN
A.
Ideologi
1.
Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua
kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang
berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan,
keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas,
ideologi adalah pedoman normatif yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai
dasar cita-cita, nilai dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.
Selain makna etimologis, ideologi dapat dikatakan mengacu pada apa
yang orang pikir dan percaya mengenai masyarakat, kekuasaan, hak, tujuan
kelompok,yang semuanya menentukan jenis tindakan mereka.
Definisi yang biasa diberikan menyebutkan bahwa ideologi adalah
sistem gagasan politik, yang dibangun untuk melakukan tindakan-tindakan politik.
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan.
2.
Prinsip- prinsip Ideologi
Prinsip-prinsip ideologi merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh
suatu gagasan untuk menjadi sebuah ideologi, seperti tujuan gagasan tersebut,
ciri-ciri dan lingkup pemikiran dari gagasan yang dikembangkan. Tujuan utama
dibalik ideologi adalah menawarkan perubahan melalui proses pemikiran yang
normatif.
Ideologi perlu dimiliki setiap negara, karena ideologi digunakan
negara sebagai landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-
kejadiannya dalam alam sekitarnya.
B.
Pengertian Doktrin
Kata
doktrin berasal dari bahasa Inggris doctrine yang berarti ajaran. Dari
kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doctrinal yang berarti
berkenaan dengan ajaran atau yang bersifat ajaran. Selain kata doctrine sebagaimana
disebut di atas, terdapat kata doctrinaire yang berarti bersifat
teoritis yang bersifat praktis.
C.
Agama Sebagai Doktrin
Berdasarkan yang dikemukakan dalam pengertian di atas, yang
dimaksud doktrin agama adalah suatu akidah ataukepercayaan kepada Tuhan,suatu
ikatan, kesadaran, dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Hampir semua
orang memiliki pandangan sama bahwa doktrin agama bersumber kepada wahyu. Dan
sepakat pula, bahwa agama diperuntunkan bagi manusia. Karena agama bersumber
pada wahyu, berarti kebenaran yang dimunculkannya bernilai mutlak. Pada
sisilain, manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
D.
Islam Sebagai Doktrin
Yang dimaksud dengan Islam sebagai doktrin disini adalah memandang
Islam sebagai wahyu Allah sebagimana ajarannya terdapat dalam al-Qur’an dan
al-Sunnah yang diyakini kebenarannya dan bersifat mutlak. Dengan kata lain,
Islam sebagai doktrin adalah ajaran agama yang semestinya atau yang normatif,
bukan yang senyatanya atau historis.
Studi Islam dari sisi doktrinal kemudian menjadi sangat luas, yaitu
studi tentang ajaran Islam baik yang ada di dalam al-Qur’an maupun yang ada di
dalam as-Sunnah serta ada yang menjadi penjelasan ke dua sumber tersebut dengan
melalui ijtihad. Akan tetapi, doktrin Islam yang paling pokok adalah trilogi
Iman, Islam, Ihsan.
E.
Bentuk- bentuk Penyikapan Doktrin
Setiap agama memiliki doktrin tersendiri yang oleh para pemeluknya diakui
dan diyakini sebagai “yang benar”. Oleh karena itu, ada beberapa bentuk
penyikapan doktrin itu. Raimundo Panikkar menyebutkan tiga macam penyikapan
kebenaran agama.
a.
Eksklusivisme
b.
Inkluisivisme
c.
Pluralisme
MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA (BAGIAN 2)
AGAMASEBAGAI PRODUK BUDAYA
A.
Pengertian Kebudayaan
Dalam kamus umum bahasa Indonesia,
kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal
budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, adat istiadat, dan berarti pula (usaha) batin (akal dan sebagainya)
untuk menciptakan sesuatu termasuk kebudayaan. Dengan demikian, kebudayaan
hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi
batin yang dimilikinya.
Apa arti dan ulasan makna yang terkandung dalam istilah kebudayaan
banyak dikaji oleh para ahli. Penelitian kebudayaan memiliki berbagai macam
paradigma yang mana bisa mempengaruhi proses dan hasil penelitian. Penelitian
budaya merupakan penelitian tentang tradisi masyarakat kolektif.
B.
Agama Sebagai Sasaran Penelitian Budaya
Agama merupakan kenyataan yang dapat dihayati. Sebagai kenyataan,
berbagai aspek perwujudan agama bermacam-macam, tergantung pada aspek yang
dijadikan sasaran studi dan tujuan yang hendak dicapai oleh orang yang
melakukan studi. Agama sebagai sasaran penelitian budaya berarti menggunakan
pendekatan penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian budaya.
Tak hanya penelitian agama, penelitian antropologi sendiri
seringkalimenggunakan model penelitian lintas budaya sebagai aktifitas
ilmiahnya.
C.
Pendekatan Kebudayaan dalam Kajian Agama
Penggunaan pendekatan kebudayaan dalam studi Islam memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan hanya menggunakan pendekatan theologis-normatif,
antara lain sebagai alat metodologi untuk memahami corak keagamaan yang
dimiliki oleh suatu masyarakat.
Pendekatan kebudayaan juga digunakan untuk dapat mengarahkan dan
menambah keyakinan-keyakinan keagamaan yang dimiliki masyarakatsesuai dengan
ajaran yang benar, tanpa harus menimbulkan gejolak.
MODEL-MODELPENELITIAN AGAMA (BAGIAN 3)
AGAMA SEBAGAI PRODUK INTERAKSI SOSIAL
A.
Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial
Interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik dan pengaruh
mempengaruhi antar individu dalam masyarakat, serta antar individu dengan
lingkungan alam fisik, yang dapat berakibat terjadinya perubahan atau pergeseran
sosial. Agama sebagai gejala sosial, pada dasarnya bertumpu pada konsep
sosiologi agama.
B.
Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif.
Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen
karena variabel variabel dapat dipilih danvariabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat.
Penelitian eksperimen tidak hanya melihat hubungan antara satu
variabel denagan variabel lain, melainkan sejauh mana suatu variabel
berpengaruh pada variabel lain secara kausalitas.
C.
Pengamatan dan PengamatanTerlibat (Observasi Partisipan)
Pengamatan merupakan bagian yang penting dalam proses pengumpulan
data, yaitu untuk meningkatkan kepekaan peneliti dari operasionalisasi teknik
pengumpulan data yang lain, terutama teknik wawancara.
Pengamatan sebagai metode pengumpulan data, secara umum dapat
dibagi dalam dua jenis teknik pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tanpa
terlibat dalam aktivitas sosial yang berlangsung. Ke dua, pengamatan terlibat,
dimana peneliti melibatkan dirinya dalam proses kehidupan sosial masyarakat
yang diteliti dalam rangka melakukan “empati” terhadap subyek penelitian.
D.
Penelitian Survey dan Analisis Statistik
1.
Penelitian Survey
Penelitian survey merupakan salah satu dari metode ilmiah yang
masih cukup baru. Penelitian survey dipandang sebagai salah satu cabang
penelitian ilmiah dalam ilmu sosial.
Penelitian survey mengkaji populasi yang besar maupaun kecil dengan
menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasiitu, menemukan
insidensi, distribusi, dan interelasi relatif dari variabel-variabel.
2.
Analisis Statistik
Bentuk data analisis statistik adalah kuantitatif dan kualitatif.
Kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi
manusia. Definisi lainnya menyebutkan bahwa kualitatif merupakan jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitung lainnya.
E.
Analisis Data
Analisis data adalah proses penyusunan data agar data tersebut
dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam berbagai
pola, tema, atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna
kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara
berbagai konsep. Analisis data ini sendiri dapat dilakukan dalam tiga tahapan
berikut ini:
1.
Analisis
data selama pengumpulan data
2.
Reduksi
Data
3.
Display
Data
4.
Penarikan
kesimpulan data Verifikasi
ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DOKTRINAL
A.
Ruang Lingkup Doktrin Islam
Islam merupakan agama yang sangat multidimensi yang dapat di kaji
dari berbagai aspek baik dari tinjauan budaya-sosial maupun dari aspek doktrin
agama Islam. Apabila ditelaah dari aspek doktrin maka akan muncul ajaran-ajaran
dalam agama Islam yang bisa saja ajaran tersebut tidak dapat diganggu gugat
keberadaannya.
Kemudian berbicara tentang Islam sebagai doktrin yang totalitas dan
komprehensif. Maka Islam tidak hanya berbicara dari satu aspek kehidupan saja.
Misalnmya aspek Islam ditujukan kepada manusia sebagai khalifah yang
membutuhkan pegangan, aturan atau undang-undang. Karena kelak nantinya apa yang
dilakukan manusia akan dipertanggung jawabkan
kepada Allah.
Karena manusia tidak dapat lepas dari ketiga unsur, maka manusia
membutuhkan aturan tertentu untuk membicarakan: Tuhan, manusia dan alam. Adapun
doktrin tentang manusia, Islam membicarakannya secara lengkap, seperti
perjalanan hidup manusia, tujuan manusia, fitrah manusia, dan hakikat manusia.
B.
Model Penelitian Islam Sebagai Doktrin
Kata model yang dimaksud di sini adalah contoh, acuan, ragam dan
macam.adapun penelitian berarti pemeriksaan, penyelidikan yang dilakukan dengan
berbagai cara secara seksama dengan tujuan mencari kebenaran-kebenaran objektif
yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul.
1.
Model Penelitian Tafsir
Tafsir
adalah suatu ilmu untuk memahami kitab Allah SWT, yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW, dan merupakan penjelas makna-makna serta kesimpulan hikmah dan
hukum, sebagaimana dikutip oleh As-Suyuthi dari Az-Zarkasy.
2.
Model Penelitian Hadits
Penelitian
terhadap hadits, baik dari segi keontetikannya maupun turunnya ayat al-Qur’an
diyakini secara mutawattir berasal dari Allah. Tidak ada suatu ayat al-Qur’an
pun yang diragukan sebagai yang bukan berasal dari Allah.
AGAMA SEBAGAI SASARAN STUDI SOSIAL
A.
Islam Sebagai Sasaran Studi Sosial
Yang dimaksud Islam sebagai sasaran studi sosial disini adalah
studi tentang Islam sebagai gejala sosial. Hal ini menyangkut keadaan
masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai
gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan demikian yang menjadi objek
dalam kaitan dengan Islam sebagai sasaran studi sosial adalah Islam yang telah
menggejala atau yang sudah menjadi fenomena Islam.
Agama sebagai gejala sosial, pada dasarnya bertumpu pada konsep
sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agama
dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama, dan agama mempengaruhi
masyarakat.
B.
Pandangan Islam terhadap Ilmu Sosial
Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, Islam telah tampil
sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia
akhirat, antara hubungan manusia dengan Tuhan, antara hubungan manusia dengan
manusia, dan urusan ibadah dengan urusan muamalah.
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan sebagimana tersebut
menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman modern ini.
Dalam keadaan demikian, kita saat ini nampaknya sudah mendesak untuk memiliki
ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari berbagai problema
tersebut.
C.
Ilmu Sosial Bernuansa Islam
Dewasa ini ilmusosial tengah mengalami kemandekan dalam memecahkan
berbagai masalah yang dihadapinya. Kita butuh ilmu sosial yang tidak hanya
berhenti pada menjelaskan fenomena sosial, tetapi dapat memecahkannya secara
memuaskan.
Sementara beberapa kalangan menganggap metodologi Barat lebih
unggul, tetapi sebenarnya disitulah letak kehancurannya. Karena kerancuan
metodologi maka ilmu apapun yang di pelajari dari Barat akan menghasilkan
gambaran yang serupa.
D.
Peran Ilmu Sosial Profetik pada Era Globalisasi
Sejak beberapa abad yang lalu Islam mewarisi tradisi sejarah dari
seluruh warisan peradaban manusia. Kita tidak membangun dari ruang yang hampa.
Semua agama dan peradaban mengalami proses, meminjam dan memberi
dalam interaksi mereka satu sama lain sepanjang sejarah. Dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) Islam bukanlah agama tertutup. Islam adalah
sebuah paradigma terbuka, sebagai mata rantai peradaban dunia.
Era globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan bidang
ekonomi, teknologi, sosial, informasi, dan sebagainya akan diambil manfaat
dengan sebaik-baiknya, dan dapat dibuang hal-hal yang membahayakannya.
ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI BUDAYA
A.
Budaya Islami
Berbicara mengenai kebudayaan Islam tidak lepas dari konsep
kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan merupakan sesutu yang dikonstruksi yang
mencakup keseluruhan pengetahuan manusia mencakup keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakan sebagai pedoman diyakini
kebenarannya untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi serta
mendorong terjadinya tindakan-tindakan. Dari definisi tersebut bisa dilihat
bahwa konsep kebudayaan mensyarakatkan adanya hubungan antara keyakinan dengan
perilaku, manusia dan alam dan individu dengan masyarakat.
Kebudayaan itu sendiri selalu mengalami perubahan yang bertujuan
mengkonstruksi kebudayaan agar dapat lebih memuaskan perilaku budaya itu.
Revitalisasi budaya terjadi karena adanya resistensi antara
mempertahankankebudayaan yang mapan dengan usaha mengadopsi perubahan budaya.
Kebudayaan selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami apa yang
terdapat pada dataran empirisnya atau agama yang tampil dalam bentuk formal
yang menggejala di masyarakat.
B.
Contoh Kajian Budaya dalam Perkembangan Islam di Jawa
Sejarah berkembangnya Islam di Jawa telah berjalan cukup lama.
Selama perjalanan tersebut, banyak hal yang menarik untuk dicermati, antara
lain terjadinya dialog budaya asli jawa dengan berbagai nilai yang datang dan
merasuk kepada budaya jawa.
C.
Islam Sebagai Sasaran Studi Budaya
1.
Karateristik
Studi Budaya
Pada
awal perkembangannya, ilmu dibagi menjadi dua yaitu ilmu kealaman dan
ilmubudaya. Ilmu kealaman seperti fisika, kimia, biologi dan lain-lain
mempunyai tujuan utamamencari hukum-hukum alam mencari keteraturan-keteraturan
yang terjadi pada alam.
Sebuah
studi budaya diklarifikasikan menjadi dua bagian besar yaitu:
a.
Budaya
Implisit
b.
Budaya
Eksplisit
Studi
budaya eksplisit sendiri bersifat akulturatif dan inkuluratif.
2.
Pendekatan
Budaya dalam Memahami Islam
Agama
Islam diletakkan sebagi sasaran penelitian budayah tidaklah berarti Islam yang
kita teliti itu adalah hasil kreasi budaya manusia, melainkan Islam tetap
diyakini sebagai wahyu dari Tuhan.
KARATERISTIK AJARAN ISLAM
A.
Pengertian Islam Menurut Ajaran
Secara etimologi, kata Islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama,
Yuslimu Islaman yang berarti keselamatan. Kata inijuga bisa dibentuk dari
tiga susunan huruf yaitu sin, lam dan
mim. Dalam al-Qur’an kata-kata yang dibentuk darihuruf tersebut memiliki
banyakmakna yaitu:
1. As-salmu yang berarti damai
2. Aslama yang bermakna pasrah
3. Istaslama Mustaslima yang memiliki arti
penyerahan total
4. Saliim sebagaimana terdapat dalam QS.
Asy-Syu’ara ayat 89
5. Salamun yang berarti selamat
Kata Islam menurut istilah adalah mengacu kepada
agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan dari manusia,
dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya dilihat dari segi
ajarannya, Islam adalah agama yang sepanjang sejarah manusia.
B. Karateristik
Ajaran Islam
Karateristik ajaran Islam adalah suatu
karakter yang harus dimiliki oleh setiap umat muslim dengan berpedoman pada
al-Qur’an dan Hadits. Karakter tersebut antara lain:
1. Dalam bidang akidah
2. Dalam bidang agama
3. Dalam bidang ibadah
4. Dalam bidang pendidikan
5. Dalam bidang sosial
6. Dalam bidang ekonomi
7. Dalam bidang kesehatan
8. Dalam bidang politik
9. Dalam bidang pekerjaan
C. Karateristik
Islam dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Islam mempunyai karateristikyang sangat
luas dan tidak bisa memisah-misahkan dengan yang lainnya. Para ilmuan muslim
juga mempergunakan berbagai pendekatan untuk mengetahui dan memahami
karateristik ajaran Islam.
Islam bisadibilang bisamenjiwai dalam
setiap bidang selain agama. Hal itu membuat Islam memiliki karateristik
tersendiri jika dipraktekkan dalam segala aspek kehidupan seperti ekonomi,
hukum, etika,sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Diantara karateristik yang
menonjol itu antara lain dalam bidang ilmu dan budaya.
Banyak contoh yang dapat dijadikan buku
tentang peranan Islam sebagai mata rantai peradaban dunia, Islam misalnya,
mengembangkan matematika India, ilmu kedokteran dari Cina, sistem pemerintahan
dari Persia, logika Yunani dan sebagainya.
Dengan pentingnya ilmuini hingga Islam
memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah.
POSISI SENTRAL AL-QUR’AN DAN HADITS
DALAM STUDI ISLAM
A. Posisi
al-Qur’an dalam Studi Islam
Secara etimologi al-Qur’an merupakan
masdar dari kata Qara’a mempunyaiarti mengumpulkan dan menghimpun,dan qira’ah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu
ucapan yang tersusun rapi.
Sedangkan secara terminologi al-Qur’an
adalah kalmullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman bagi
umat Islam yang disampaikan melalui perantara Jibril melalui jalan
mutawatiryang membacanya dinilai sebagai ibadah yang di awali dengan surat
al-Fatihah dan di tutup dengan surat an-Nass.
Studi al-Qur’an pertama kali muncul
dengan lahirnya faedah-faedah bahasa Arab oleh Abu Al-Aswad Al-Du’ali atas
petunjuk Ali bin Abi Thalib. Setelah masa khulafaurrasyidin, maka muncullah
ilmu-ilmu yang membahas tentang al-Qur’an yang dimunculkan oleh para tabi’ dan
tabi’in, pada sudut pandang bahasan yang beraneka ragam.
Secara logika saja, karena al-Qur’an
adalah pedoman hidup kaum muslim, tentu saja ia akan memuat tentang cara
menjalankan kehidupan sebagaimuslim.
B. Posisi
Hadits dalam Studi Islam
Hadits secara bahasa memiliki makna baru
atau berita. Term hadits dalam al-Qur’an disebutkan dalam berbagai tempat dan
kesemuannya merujuk pada makna berita.
Selain term hadits, adapula beberapa
term lain yang digunakan sebagai perbandingan term hadits antara lain:
1. Sunnah
2. Khabar
3. Atsar
\Dalam kajian hadits, ruang yang seringkali
dieksploitasi untuk di kaji adalah pendekatan sanad dan matan. Kedudukan sanad
lam riwayat hadits sangat penting sekali, sehingga para ulam hadits tidak akan
menerima sebuah berita yang dinyatakan sebagihadits apabila tidak ada sanadnya,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Abd. Ibn al-Mubarak.
Upaya mengetahui kualitas hadits melalui
dua unsur ini, dapat dilakukan berbagai pendekatan, diantaranya:
1. Ilmu hadits riwayah
2. Ilmu hadits diroyah
3. Ilmu rijaal al-Hadits
4. Jarh wa ta’dil
5. Gharib al-hadits
6. Illat al-hadits
7. Asbab al-wurud
8. Nasikh mansukh
C. Pandangan
Teologi tentang al-Qur’an dan Hadits
Teologi secara etimologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu “Theologia” yang terdiri dari kata “Theos” artinya Tuhan
dan “Logos” yang berartiilmu.jadi
teologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tuhan dan pertaliannya
denganmanusia baik berdasarkan kebenaran wahyu atau berdasarkan penyelidikan
akal murni.
Di dalam sejarah perkembangannya,
teologi Islam pada mulanya berkembang dari pertama, Metodologi Teologi yang
merupakan suatu cara untukmendoktrin agama melalui pendekatan wahyu dan
pemikiran rasionalnya. Ke dua, menjadi ilmu teologi yang merupakan ilmuyang
membahas masalah ketuhanan dan segala yang berkaitan dengan-Nya.
Dalam al-Qur’an sendiri banyak ayat-ayat
yangmenurut lahirnya berlawanan yang memaksakan ulama-ulama teologi Islam untuk
memeras otak. Ada ayat-ayat yangmenetapkan bahwa semua perbuatan manusia adalah
dari Tuhan, sedangkanayat-ayat lain menetapkan semua perbuatan manusia keluar
dari dirinya sendiri.
MACAM-MACAM PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM
(1)
A. Pendekatan
Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan manusia yang
menguasai hidupnya itu. Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak kajian dalam
bidang agama yangbaru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila
menggunakan jasa dan bantuan dariisu sosiologi.
Pendekatan sosiologis dibedakan dari
pendekatan studi agama lainnya karena fokus perhatiannya pada interaksi antara
agama dan masyarakat.
B. Pendekatan
Historis
Sejarah berasal dari kata Arab Syajarah (pohon) dan History dalam bahasa Inggris yang berarti cerita atau kisah. Kata History sendiri lebih populer untuk menyebut
sejarah dalam ilmu pengetahuan. Sebenarnya kata ini berasal dari bahasa Yunani (istoria) yang berarti pengetahuan tentang
gejala-gejala alam, khususnya manusia, yang bersifat kronologis.
Kajian dengan objek peristiwa yang
terjadi di masa lalu secara disiplin ilmuharus menggunakan pendekatan sejarah.
Sejarah bertindak sebagai pisau analisis dalam mengkaji Islam, bukan sebagai
objek kajian.
Adapun karateristik sejarah sebagai
pendekatan, yaitu sebagai sebuah kerangka metodologi di dalam pengkajian atau
sesuatu masalah. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang
harus digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah.
Dengan menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu merekontruksi
suatu peristiwa sejarah dengan objektif.
C. Pendekatan
Psikologis
Pendekatan agama dalam pendekatan
psikologi adalah penelitian terhadap peristiwa atau pengalaman kejiwaan
individu yang terkait dengan rasa keagamaannya. Ada tiga metode yang bisa digunakan
dalam penyelidikan agama lewat pendekatan psikologis yaitu:
1.
Pendekatan Struktural
2.
Pendekatan Fungsional
3.
Pendekatan Psiko-analisis
4.
Pendekatan Kepribadian
5.
Pendekatan Humanis
MACAM-MACAM PENDEKATAN STUDI ISLAM (2)
A. Pendekatan
Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam
pemahaman keagamaan adalah pendekatan studi Islam yang memandang masalah dari
sudut legal formal dan atau normatifnya. Maksud legal formal adalah hubungannya
dengan halal-haram, boleh atau tidak, dan sejenisnya.
Pendekatan hakekatnya, Ilmu Teologi
membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan logika dan filsafat.
Dalam sejarah Islam, pergulatan pemikiran dalam disiplin ilmu kalam atau
teologi demikian polemis.
Pendekatan teologis-normatif menekankan
pada bentukl forma atau simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya
sebagai yang paling benar dan yang lainnya dianggap salah.
Salah satu ciri pendekatan teologis
dalam memahami agama adalah menggunakan cara berfikir deduktif. Pada
kenyataannya, teologi memang seringkali berpusat pada persoalan doktrin,
termasuk dalam studi Islam.
B. Pendekatan
Filologis
Filologi berasal dari kata dalam bahasa
Yunani, yaitu kata “philos” yang berarti ‘cinta’ dan “logos” diartikan “kata”. Pada kata “filologi” kedua kata itu secara harfiah
pembentukan arti “cintakata-kata” atau “senang bertutur”. Arti ini kemudian
berkembang menjadi “senang belajar” atau “senang kebudayaan”. Sedangkan dalam
bahasa Arab, filologi adalah ilmu tahaqiq an-nusush (penelitian untuk mengetahui hakikat suatu tulisan).
Studi agama tidak dapat dipisahkan dari
aspek bahasa, karena manusia dalah makhluk berbahasa, sementara doktrin agama
dipahami, dihayati dan disosialisasikan melalui bahasa. Pendekatan filologi ini
memang akan mampu mengungkapkan corak pemikiran serta isi dari suatu naskah
atau suatu kandungan teks untuk kemudian ditransformasikan ke dalam bahasa
konteks kekinian.
Mengacu pada pekerjaan utama seorang
filolog yang berusaha mendekatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan dan
memberikan pengertian dengan sebaik-baiknya dan dapat dipertanggung jawabkan
sebagai naskah yang paling dekat dengan aslinya, maka ada beberapa metode untuk
mengedit dan menyunting naskah klasik agar tugas tersebut dapat terlaksana
dengan baik. Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam hal ini adalah:
1. Inventarisasi Naskah
2. Deskripsi Naskah
3. Pengelompokan dan Perbandingan Teks
4. Transliterasi
5. Terjemah
6. Analisis
C. Pendekatan
Hukum Islam
Istilah Hukum Islam merupakanrangkaian
kata yang populer dan dipergunakandalam bahasa Indonesia. Dalam pembicaraan
tentang hukum Islam yang terdapat dalam literatur bahasa Arab adalah “fiqh” dan
“syariat” atau “hukum syara”.
Mengingat hukum Allah yang dititahkan
melalui wahyu hanya bersifat aturan dasar dan umum, maka perlu dirumuskan
secara rinci dan operasional, sehingga dapat dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Perkembangan hukum Islam sendiri
terbagimenjadi empat periode yaitu:
1. Periode Rasulullah
2. Periode Sahabat
3. Periode Ijtihad
4. Periode Taqlid
D. Pendekatan
Antropologis
Pendekatan Antropologi tidak dapat
dipisahkan dari disiplin ilmu Antropologi karena pendekatan banyak mengadopsi
dari disiplin ilmu tersebut. Antropologi sendiri secara etimologis berasal dari
bahasa Yunani, yaitu kata anthropos yang berarti “manusia” atau “orang”, dan logos berarti “wacana” (dalam
pengertian “bernalar”, “berakal”) antropologi mempelajarimanusia sebagai
makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Sedangkan definisi antropologi
adalah ilmu yang mengkaji manusia dan budayanya. Tujuannya adalah
untukmemperoleh suatu pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk, baik dimasa
lampau maupunsekarang, baik sebagaiorganisme biologis maupun sebagai makhluk
berbudaya.
Pendekatan antropologi dalam studi Islam
dapat memahami agama Islam tidak hanya sebagi doktrin yang bersifat monolitik,
tetapi sekaligus juga dapat memahami Islam yang bersifat pluralistik. Disamping
itu, penelitian agama juga dapat dilakukan dalam upaya menggali ajaran-ajaran
agama yang terdapat dalam kitab suci tersebut serta kemungkinan aplikasinya
sesuai dengan perkembangan zaman.
E. Menggali
Data
Penggalian data dalam penelitian Agama
dapat dengan menggunakan kamar fenomenologi. Kajian fenomenologi dengan tujuan
memberi panduan yang runtut untuk memahami sesutu secara utuh dari fenomena yang
muncul.
Setelah data-data yang terkait tema
penelitian itu terkumpul, peneliti mencoba mengelola dan menganalisa data-data
tersebut dengan menggunakan model analisa fenomenologis yang bersifat emik dan neotik. Fenomenologi secara harfiah berarti pelajaran mengenai gejala-gejala.
Fenomenologi dalam kajian agama dapat digunakan sebagai metode kerja.